LATAR BELAKANG BERDIRINYA BATALYON DJAROT

Batalyon Infanteri Lintas Udara 503/MK pada awal lahirnya hanya terdiri dari sekumpulan pemuda yang berjuang bersama – sama melawan penjajah Belanda.Pada waktu itu yang menjadi pemimpinnya adalah Pak Djarot.Beliau adalah mantan prajurit Heiho.Sehingga pada saat itu dikenal dengan Batalyon Djarot.


            Dari awal terbentuknya.Yonif Linud 503/MK,tidak langsung menetap pada satu tempat saja melainkan berpindah – pindah tempat.Hal ini dikarenakan pada saat itu masih dalam situasi perang dan taktik yang digunakan adalah taktik perang gerilya.Kondisi semacam itu dirasakan oleh Batalyon pimpinan Pak Djarot hampir berpuluh – puluh tahun yang akhirnya menetap di desa Mojosulur, Kecamatan Mojosari ,Kabupaten Mojokerto yang dahulunya merupakan bekas Asrama Yonif 516 Kodam V / Brawijaya.
 
         Selama berdirinya, Batalyon yang bersimbol Kuda Putih ini sudah pernah melaksanakan penugasan baik di dalam maupun di luar negeri.Untuk penugasan di dalam negeri, Yonif Linud 503/MK cukup mempunyai nama , baik itu penugasan pertempuran maupun penugasan pengamanan objek vital.Penugasan di luar negeri, meliputi penugasan ke Mesir yang pada saat itu tergabung dalam kontingen Garuda  serta penugasan ke Kamboja.
            Dari rangkaian peristiwa – peristiwa diatas,Yonif Linud 503 /MK tidak bisa dipandang sebelah mata dalam pengabdiannya kepada Negara Kesatuan Rebuplik Indonesia tercinta ini.Pengorbanan baik jiwa maupun raga sudah tidak terhitung di dalam mengawal negeri ini. Sehingga dengan ditulisnya Buku sejarah satuan Yonif Linud 503/MK bisa dijadikan pedoman bagi warga Yonif Linud 503 / MK pada Khususnya , serta seluruh anggota TNI AD dalam pengabdian kepada Negara Kesatuan Rebuplik Indonesia.
            Pada permulaan perjuangan fisik pemuda-pemuda dari sebagian besar kampung Kedondong dan Surabaya telah tergabung dalam satu kesatuan di bawah pimpinan Djarot Subiantoro mantan tokoh Jibaku Tai, setelah disusun menjadi Batalyon, pasukan ini berada di Gubeng dan bernama Batalyon BPRI, dengan didudukinya kota Surabaya oleh musuh, maka Kesatuan mundur ke sepanjang, Krian dan akhirnya mempertahankan Ds. Perning Kec. Jetis Kab. Mojokerto.
           
         Kompi Sriwijaya yang anggota-anggotanya berasal dari bekas Heiho di bawah pimpinan Kapten Jansen Rambe bergabung dengan Batalyon Djarot pada tanggal 9 Desember 1945 (Hari Jadi Yonif Linud 503). Kesatuan diresmikan menjadi Batalyon IX dipimpin oleh Mayor Djarot Subiantoro, selanjutnya bergabung ke Resimen XXXII pimpinan Letkol Kristanto kemudian Komandan Batalyon berpindah dan menempati Desa Mantup Kecamatan Mantup.
             
             Sektor Surabaya Barat menjadi tanggung jawab meliputi batas desa Banjeng sampai batas Selatan desa Kupang Kemlagi Mojokerto sebelum daerah diserahkan kepada Batalyon IX, beberapa pasukan yang pernah bertugas antara lain dari Pasukan Hizbullah, Pasukan Pesindo, Kompi Macan Kera dibawah pimpinan Kapten Sampurno, Kompi Matosin dan sepasukan Penggempur Dalam (PD) dipimpin oleh Sriyono.
3.         Kondisi Saat Itu
Setelah pembentukan dan perang Kemerdekaan pertama sesuai dengan perkembangan situasi perlawanan terhadap musuh, Panglima Divisi membagi-bagi tanggung jawab ke daerah operasi kepada kesatuan-kesatuan di Jawa Timur. Batalyon DJAROT dipindahkan ke daerah Perning, Jetis ke daerah operasi yang baru untuk menguasai garis pertahanan mulai dari Mojokerto sampai dengan  Cerme (Surabaya Utara) dengan tanggung jawab sampai pantai Utara Jawa Timur.
            Pada permulaan berdirinya Batalyon Djarot, susunan organisasi terdiri dari :
   a.         Komandan batalyon            : Mayor Djarot Subiantoro.
            b.         Ajudan                                   : Pembantu Letnan S. Harmadi
            c.         Komandan Kompi I              : Kapten Mohamad Hasan
            d.         Komandan Kompi II             : Kapten A. Loter
            e.         Komandan Kompi III            : Kapten Wieyo Hudiyono
            f.          Komandan Kompi IV           : Kapten Jansen Rambe
            g.         Komandan Kompi V                        : Kapten Saleh
Karena anggota Kompi V lama tidak dapat dikumpulkan akhirnya dikeluarkan dari Batalyon DJAROT. Dengan dimasukkannya satu Kompi dari Pare pimpinan Kapten Wirdjohoediono, jadi Batalyon tetap 5 Kompi, dan penyusunan Batalyon DJAROT tidak mengganggu pelaksanaan operasi, serangan-serangan tetap dilaksanakan dan dilancarkan ke pertahanan tentara Sekutu dan sering mendapat hasil diantaranya pada tanggal 2 Januari 1946 serangan yang dilancarkan Batalyon DJAROT terhadap pertahanan tentara Sekutu di sektor Bambe (antara Sepanjang dan Menganti) dapat membunuh tentara Inggris dan Gurkha sebanyak 60 orang, merampas senjata dan merebut serta menduduki pertahanan musuh. Serangan terhadap pertahanan musuh di sektor Cerme (antara Benjeng dan Menganti) setelah pertempuran selama  empat jam dapat merebut dan menduduki kubu musuh.
Tidak luput juga selain melaksanakan serangan terhadap pertahanan musuh, sering juga pertahanan Batalyon DJAROT dapat serangan dari tentara musuh tetapi tidak pernah berhasil, akibat serangan Batalyon DJAROT yang berhasil menduduki pertahanan musuh di sektor Benjeng, tentara Inggris mengerahkan kekuatan besar-besaran lebih dari 1(satu) Resimen merebut kembali pertahanannya. Dalam pertempuran yang sengit ini biarpun kita menderita beberapa orang korban, pertahanan Batalyon DJAROT tidak dapat di tembus musuh dan tentara Inggris mundur ke Surabaya.
Pada tanggal 25 Januari 1946 perubahan nama TKR menjadi TRI                  (TENTARA REPUBLIK INDONESIA) menambah semangat perjuangan. Dengan pertimbangan mempersatukan pola dasar berpikir para pimpinan bawahan dalam mengendalikan anak buah, Komandan Batalyon Mayor DJAROT membentuk suatu persatuan diantaranya para perwiranya.
                       
Pada tanggal 1 Pebruari 1946 dibentuklah Officers Corps (Ikatan Perwira) disaksikan oleh Kepala Staf Divisi VI Letnan Kolonel IBNOE SOEBROTO, sejak itulah tindakan Kesatuan dalam mencapai tujuan perjuangan kemerdekaan dapat tercapai dengan baik, dan menjadi ciri-ciri khas dari Batalyon III DJAROT. Officers Corps dari Batalyon III DJAROT menjadi contoh dan ditiru oleh kesatuan-kesatuan lain di Jawa Timur, bahkan berkembang ke seluruh TNI-AD dengan nama CORPS PERWIRA.
Setelah pembentukan dan perang Kemerdekaan pertama sesuai dengan perkembangan situasi perlawanan terhadap musuh, Panglima Divisi membagi-bagi tanggung jawab ke daerah operasi kepada kesatuan-kesatuan di Jawa Timur. Batalyon DJAROT dipindahkan ke daerah Perning, Jetis ke daerah operasi yang baru untuk menguasai garis pertahanan mulai dari Mojokerto sampai dengan  Cerme (Surabaya Utara) dengan tanggung jawab sampai pantai Utara Jawa Timur.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

rilis 138503 apel gelar pasukan persiapan pilkada serentak

  Satgas Yonif 503/Mayangkara Hadiri Apel Gelar Pasukan Seluruh Apkam Kabupaten Nduga Satgas Pamtas Mobile RI-PNG Yonif 503/Mayangkara Koops...